Mau tahu di antara kisah dari istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam (Ummahatul Mukminin), Zainab binti Khuzaimah dan Ummu Salamah. Juga ada keistimewaan luar biasa dari Ummu Salamah.
Zainab binti Khuzaimah
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menikahi Zainab bin Khuzaimah Al-Hilaliyah. Sebelumnya ia menikah dengan ‘Abdullah bin Jahsy. Lalu ‘Abdullah meninggal dunia saat perang Uhud. Kemudian Zainab dinikahi oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pada tahun tiga Hijriyah.
Ia digelar dengan Ummul Masakin (ibunda kaum miskin) sejak masa Jahiliyah hingga masa Islam karena semangatnya beliau membantu, berbuat baik, dan memberi makan orang miskin. Ia hanya menikah dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam selama dua atau tiga bulan kemudian meninggal dunia. Jadi, Zainab binti Khuzaimah adalah di antara istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam selain Khadijah yang meninggal dunia ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam masih hidup. Ia meninggal dunia ketika usianya sekitar 30 tahun. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyolatkannya dan menguburnya di Baqi’.
Ummu Salamah
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menikahi pula Ummu Salamah. Nama aslinya Hindun binti Abi Umayyah. Sebelumnya Ummu Salamah menikah dengan Abu Salamah Ibnu ‘Abdul Asad. Abu Salamah adalah di antara sahabat yang mengikuti perang Badar (yang diikuti oleh 314 pasukan). Lalu ia mengikuti pula perang Uhud, lalu meninggal dunia karena luka-luka yang diderita saat mengikuti perang tersebut. Meninggalnya Abu Salamah pada tahun tiga Hijriyah.
Ketika suaminya Abu Salamah meninggal dunia, ia berputus asa, siapa lagi yang menjadi pengganti yang lebih baik dari suaminya.
Ummu Salamah pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Siapa saja dari hamba yang tertimpa suatu musibah lalu ia mengucapkan, ‘INNA LILLAHI WA INNA ILAIHI ROOJI’UN. ALLAHUMMA’JURNII FII MUSHIBATII WA AKHLIF LII KHOIRON MINHAA (Segala sesuatu adalah milik Allah dan akan kembali pada-Nya. Ya Allah, berilah ganjaran terhadap musibah ang menimpaku dan berilah ganti dengan yang lebih baik)’, maka Allah akan memberinya ganjaran dalam musibahnya dan menggantinya dengan yang lebih baik.” Ketika, Abu Salamah (suamiku) wafat, aku pun menyebut do’a sebagaimana yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam perintahkan padaku. Allah pun memberiku suami yang lebih baik dari suamiku yang dulu yaitu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (HR. Muslim, no. 918)
Ummu Salamah juga berucap,
فَلَمَّا تُوُفِّىَ أَبُو سَلَمَةَ قُلْتُ مَنْ خَيْرٌ مِنْ أَبِى سَلَمَةَ صَاحِبِ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- ثُمَّ عَزَمَ اللَّهُ لِى فَقُلْتُهَا. قَالَتْ فَتَزَوَّجْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-.
“Ketika Abu Salamah meninggal dunia, aku mengatakan, ‘Siapa yang lebih baik dari Abu Salamah—sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam–?’ Kemudian Allah memberikan petunjuk padaku (aku tawakkal dan pasrah kepada Allah, pen.) untuk tetap mengucapkan bacaan tadi.” Ummu Salamah pun berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun akhirnya menjadi suamiku.” (HR. Muslim, no. 918)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menikahi Ummu Salamah pada tahun empat Hijriyah.
Ummu Salamah adalah istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang meninggal dunia paling terakhir, yaitu pada tahun 61 Hijriyah—sebagaimana pendapat jumhur ulama—ketika santer berita meninggalnya Al-Husain bin ‘Ali. Ada juga ulama yang mengatakan bahwa yang meninggal dunia paling terakhir adalah Maimunah.
Ummu Salamah memiliki tiga anak dari pernikahannya dengan Abu Salamah yaitu Salamah, ‘Umar dan Zainab.
Keutamaan Ummu Salamah
1- Ummu Salamah dikenal cerdas, kedudukannya dalam hal ilmu adalah nomor kedua setelah Aisyah radhiyallahu ‘anha.
Contoh bukti kecerdasan beliau bagaimanakah ia bertanya pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengenai cara mandi junub.
Dari Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha, ia berkata, “Aku berkata, wahai Rasulullah, sesungguhnya aku adalah wanita yang mengepang rambut, apakah harus aku lepas apabila mandi junub?” Beliau berkata,
لاَ إِنَّمَا يَكْفِيكِ أَنْ تَحْثِى عَلَى رَأْسِكِ ثَلاَثَ حَثَيَاتٍ ثُمَّ تُفِيضِينَ عَلَيْكِ الْمَاءَ فَتَطْهُرِينَ
“Tidak, cukup engkau tuangkan air ke atas kepalamu sebanyak tiga kali, kemudian engkau tuangkan air ke seluruh tubuhnya hingga suci.” (HR. Muslim, no. 330)
Juga ada cerita dari Ummu Salamah mengenai hukum mencium istri saat berpuasa.
Dari ‘Umar bin Abi Salamah, ia pernah bertanya pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengenai apakah boleh seorang yang berpuasa mencium istrinya. Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan jawaban, “Tanyakan hal ini pada Ummu Salamah (ibundamu).” Ummu Salamah pun memberikan jawaban bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melakukan hal itu saat berpuasa. ‘Umar bin Abi Salamah pun berkata, “Wahai Rasulullah, sungguh Allah telah mengampunimu untuk dosamu yang terdahulu dan dosamu yang akan datang.” Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam pun memberikan jawaban,
أَمَا وَاللَّهِ إِنِّى لأَتْقَاكُمْ لِلَّهِ وَأَخْشَاكُمْ لَهُ
“Adapun aku–demi Allah–yang paling bertakwa di sisi Allah dan yang paling takut kepada-Nya di banding kalian.” (HR. Muslim, no. 1108)
Ummu Salamah juga mengetahui doa yang sering Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam baca.
Syahr bin Hawsyab berkata bahwa ia berkata pada istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Ummu Salamah,
يَا أُمَّ الْمُؤْمِنِينَ مَا كَانَ أَكْثَرُ دُعَاءِ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- إِذَا كَانَ عِنْدَكِ
“Wahai Ummul Mukminin, apa do’a yang sering dipanjatkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam jika berada di sisimu?”
Ummu Salamah menjawab,
كَانَ أَكْثَرُ دُعَائِهِ « يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِى عَلَى دِينِكَ ».
“Yang sering dibaca oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah, ’YA MUQOLLIBAL QULUUB TSABBIT QOLBII ‘ALA DIINIK (Wahai Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu)’.”
Ummu Salamah pernah bertanya pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Wahai Rasulullah kenapa engkau lebih sering berdo’a dengan do’a, ’YA MUQOLLIBAL QULUUB TSABBIT QOLBII ‘ALA DIINIK (Wahai Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu)’. ”
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam seraya menjawab,
يَا أُمَّ سَلَمَةَ إِنَّهُ لَيْسَ آدَمِىٌّ إِلاَّ وَقَلْبُهُ بَيْنَ أُصْبُعَيْنِ مِنْ أَصَابِعِ اللَّهِ فَمَنْ شَاءَ أَقَامَ وَمَنْ شَاءَ أَزَاغَ
“Wahai Ummu Salamah, yang namanya hati manusia selalu berada di antara jari-jemari Allah. Siapa saja yang Allah kehendaki, maka Allah akan berikan keteguhan dalam iman. Namun siapa saja yang dikehendaki, Allah pun bisa menyesatkannya.”
Setelah itu Mu’adz bin Mu’adz (yang meriwayatkan hadits ini) membacakan ayat,
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا
“Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami.” (QS. Ali Imran: 8) (HR. Tirmidzi, no. 3522; Ahmad, 6: 315. Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan.)
Ummu Salamah juga mengetahui pakaian yang disenangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Dari Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha, ia berkata,
كَانَ أَحَبَّ الثِّيَابِ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- الْقَمِيصُ
“Pakaian yang paling disukai oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yaitu gamis.” (HR. Tirmidzi no. 1762 dan Abu Daud no. 4025. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa hadits ini hasan)
Para sahabat dan ulama senior dari kalangan tabi’in kala mendapatkan masalah terkait agama, mereka bertanya pada Ummu Salamah. Sampai-sampai Imam Adz-Dzahabi dalam Siyar A’lam An-Nubala’ (2:203) menyatakan bahwa Ummu Salamah dianggap sebagai yang paling faqih dari para sahabat wanita.
2- Jibril pernah mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam bentuk Dihyah bin Khalifah Al-Kalbi dan ketika ada Ummu Salamah. (HR. Bukhari, no. 3634 dan Muslim, no. 2451)
3- Beberapa ayat turun di rumah Ummu Salamah dan tidak ada yang mengungguli dalam hal itu selain Aisyah.
Dua ayat yang turun di sisi Ummu Salamah yaitu firman Allah,
إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا
“Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait[1217] dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.” (QS. Al-Ahzab: 33)
Juga firman Allah,
وَآَخَرُونَ اعْتَرَفُوا بِذُنُوبِهِمْ خَلَطُوا عَمَلًا صَالِحًا وَآَخَرَ سَيِّئًا عَسَى اللَّهُ أَنْ يَتُوبَ عَلَيْهِمْ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ
“Dan (ada pula) orang-orang lain yang mengakui dosa-dosa mereka, mereka mencampurbaurkan pekerjaan yang baik dengan pekerjaan lain yang buruk. Mudah-mudahan Allah menerima taubat mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi maha Penyayang.” (QS. At-Taubah: 102)
4- Ummu Salamah terkenal begitu bertakwa dan wara’. Di antara buktinya adalah ia punya kebiasaan banyak istighfar.
5- Kedudukannya yang mulia di sisi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Salah satu buktinya adalah
وَكَانَتْ هِىَ وَرَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَغْتَسِلاَنِ فِى الإِنَاءِ الْوَاحِدِ مِنَ الْجَنَابَةِ
“Ummu Salamah dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mandi junub dalam satu bejana.” (HR. Muslim, no. 296)
Semoga sedikit dari kisah Ummul Mukminin, Zainab binti Khuzaimah dan Ummu Salamah menjadi teladan bagi kita semua. Wallahu waliyyut taufiq.
Referensi:
- Jala’ Al-Afham fi Fadhl Ash-Shalah wa As-Salaam ‘ala Muhammad Khair Al-Anam. Cetakan kedua, Tahun 1431 H. Ibnu Qayyim Al-Jauziyah. Penerbit Dar Ibnul Jauzi.
- Siyar A’lam An-Nubala’. Cetakan pertama, Tahun 1435 H. Imam Muhammad bin Ahmad bin ‘Utsman Adz-Dzahabi. Penerbit Muassasah Ar-Risalah.
- Ummahat Al-Mukminin. Cetakan pertama, Tahun 1431 H. Dr. Muhammad bin Sulaiman. Penerbit Dar Ibnu Hazm.
—
Disusun di Pesantren Darush Sholihin, Jumat pagi saat hujan turun, 6 Rabi’ul Awwal 1439 H
Oleh: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel Rumaysho.Com